Malaria (lihat “Apa dan Bagaimana Mengatasi Malaria”) termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk. Berikut ini adalah data daerah endemik malaria 2001 Indonesia, khususnya di pulau Jawa-Bali: http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m1_s2_i229_b.pdf
dan data daerah endemis malaria di Indonesia selama 1978-1998: http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m1_s2_i192_b.pdf
Banyumas, seperti diklaim pemerintah, merupakan daerah yang sudah bebas malaria sejak 10-15 tahun terakhir. Tapi tiba-tiba, Juli 2001 terjadi kejadian luar biasa (KLB) malaria yang menjangkiti sekitar 150 penduduk; Desember 2001-Januari 2002, kembali terjadi lonjakan kasus malaria, terutama di empat kecamatan (Kemrajen, Somagede, Sumpiuh dan Tambak) yang meliputi 17 desa. Sejak Juli 2001 sampai pertengahan Januari 2002 itu, tercatat 5.409 penderita malaria klinis, 1.127 orang di antaranya positif ada parasit dalam darahnya. KLB malaria pun memakan korban jiwa delapan orang.Pemerintah menilai, Banyumas sebagai wilayah pantai selatan yang merupakan habitat nyamuk Anopheles sp, tidak mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis. Karena perubahan iklim global meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa dilakukan hanyalah menekan populasi nyamuk dengan, misalnya menebar ikan di persawahan. Selain itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan, kendurnya pemantauan populasi nyamuk oleh petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus malaria. Masyarakat pun menjadi lengah. Sementara itu, krisis ekonomi membuat kemampuan menyediakan insektisida untuk menyemprot nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga timbul KLB pertama pada Juli 2001. KLB kedua terjadi lebih dikarenakan selama bulan Puasa dan Lebaran, banyak penduduk yang merantau pulang kampung. Penduduk yang merantau di daerah endemis, seperti Lampung, Riau atau Kalimantan, pulang membawa parasit dan menularkannya ke penduduk desa. Memang, cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan daerah yang terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu, perubahan iklim, perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air di bekas galian pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat penyebaran penyakit malaria. Hal itu diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya.Hasil analisis Geographic Health Information System yang dikembangkan di enam provinsi termasuk Jawa Tengah, menunjukkan seluruh Jawa Tengah berpotensi terjadi KLB malaria. Lalu, apa yang dilakukan pemerintah? Didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah daerah endemik malaria mulai mencanangkan Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria secara komprehensif dan terpadu. Upaya penanggulangan lewat Gebrak Malaria dilakukan dimulai sejak 2000 untuk daerah Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kabupaten Lombok Barat (NTB). Pada 2001, Gebrak Malaria dikembangkan di beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar